Minggu, 22 Mei 2011

makalah filsafat

FILSAFAT MORAL
(ETIKA)

  1. PENDAHULUAN
Dewasa ini istilah filsafat moral itu jarang di pakai, namun hanya dipakai untuk mengacu pada cabang filsafatnya saja. Yaitu cabang filsafat yang berkenaan dengan pembangunan fondasi rasional bagi tindakan – tindakan moral, kini sering disebut sebagai “Etika”.
Etika merupakan suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilai – nilai yang dapat diginakan dalam kehidupan sehari – hari. Titik berat penilaian etika ialah perbuatan baik dan jelek, susiala atau tidak susila. Dalam makalah ini kami akan memaparkan sedikit banyak tentang filsafat moral atau juga yang biasa disebut dengan etika dan pendapat – pendapat para ilmuan mengenai etika itu sendiri.
 
  1. RUMUSAN MASALAH
Dari sedikit uraian yang ada dalam pendahuluan makalah ini kami telah merumuskan permasalahannya. Adapuan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari istilah moral atau etika?
2.      Bagaimana teori akhlaq atau etika menurut Ibnu Bajah?
3.      Bagaimana pernyataan Immanuel Karnt mengenai etika?








  1. PEMBAHASAN
1.      Pengertian Moral atau Etika
Kata moral berasal dari kata latin “mores”. Mores berasal dari kata “mos” yang berarti kesusilaan, tabiat,atau kelakuan. Jadi moral dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Sedangkan moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.
Ada perkataan lain yang mengungkapkan bahwa moral itu sama dengan etika. Etika besasal dari bahasa yunani yaitu ethos dan ethikos yang berarti kesusilaan, perasaan batin, kecenderungan untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia dari W.J.S Poerwadarminto menerangkan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk berbuatan dan kelakuan, sedangkan etika adalah ilmu pengetahuan asas – asas akhlaq.[1]
Dari beberapa kerterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa moral mempunyai pengertian yang sama dengan kesusilaan, memuat ajaran tentang baik buruknya perbuatan. Jadi perbuatan dinilai sebagai perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Penilaian itu menyangkut perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Memberikan penilaian atas perbuatan disebut memberikan penilaian etis atau moral.
Etika dalam arti sebenarnya adalah “kebiasaan” yaitu apa yang disebutkan baik. Itu ialah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (zaman itu). Lambat laun pengertian etika itu berubah seperti pengertian sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkh laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.[2] Yang dapat dinilai baik buruknya adalah “sikap manusia” yaitu menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan dan kata –kata. Adapun motif, watak, suara hati, sulit untuk dinilai. Tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar itu tidak dapat dinilai baik buruknya.
Etika dapat dibagi menjadi : etika diskriptif dan etika normatif. Etika diskriptif hanta menggambarkan, melukiskan, menceritakan apa adanya. Tidak memberikan penilaian baik buruk dan tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian baik buruk mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak. Etika normatif dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etuika umum memberikan prinsip – prinsip umum, seperti : apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati dan sebagainya. Sedangkan etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip – prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan.[3]
Pembagian etika yang lain ialah etika individual dan etika sosial. Etika individual membicarakan tingkah laku manusia sebagai individu, misalnya tujuan hidup manusia. Sedangkan etika sosial membicarakan tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan orang lain, misalnya : baik buruk dalam keluarga, masyarakat dan Negara.[4]
Hubungan etika dengan moral adalah :
a)      Etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral bersifat praktek.
b)      Etika membicarakan bagaimana seharusnya,dan moral menjelaskan bagaimana adanya.
c)      Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan manusia dalam kesatuan sosial tertentu.
d)      Etika memandang tingkah laku, perbuatan manusia secara universal, moral secara tempatan.
e)      Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Moral sesungguhnya dibentuk oleh etika atau buah dari etika.[5]
Etika itu bukan sebuah ajaran, tetapi sebuah ilmu. Jadi etika dan ajaran – ajaran moral tidak berada dalam tingkat yang sama. Yang menyatakan bagaimana kita harus hidup. Bukan etika melainkan ajaran moral.[6]
Metode yang digunakan dalam beretika adalah metode pendekatan kritis, karena etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, mengajarkan norma – norma, nilai – nilai moral, mengemukakan pendapat moral untuk dipertanggung jawabkan dan berusaha menjernihkan permasalahan moral.[7] 

2.      Teori Etika menurut Ibnu Bajjah
Filosof islam Ibnu Bajjah khusus menumpahkan perhatiannya kepada masalah etika atau akhlaq. Dibaginya tingkah laku perbuatan manusia dalam dua kategori yaitu:
1)      Laku perbuatan yang lahir dari motif naluri dan segala yang berhubungan dengn itu, ini bisa disebur laku perbuatan hewani.
2)      Laku perbuatan yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yang bersih dan tinngi. Ini biasanya disebut laku perbuatan manusia.[8] Seperti : makan dan minum untuk menjaga kekuatan atau kehidupan.
Pangkal perbuatan kedua jenis laku perbuatan tidak terletak pada laku perbuatan itu sendiri, melainkan pada motifnya. Dikemukakan misal untuk melukiskan perbedaan kedua macam motif. Seseorang kakinya terbentur batu yang menyebabkan luka, diambilnya batu itu lalu dilemparkannya. Kalau motif pelemparan itu karena barang itu telah melukainya adalah tindakan hewani, yang didorong oleh naluri kehewanan, yang mengendalikannya untuk memusnahkan tiap sesuatu yang mengganggu. Tetapi kalau motifnya supaya orang lain tidak mendapat cidera pula dari batu itu (bukan karena kepentingan diri sendiri) atau pelemparan itu tidak bertaut dengan kemarahannya, maka itu adalah tindakan manusia. Hanya jenis tindakan manusialah yang dapat dinilai dari lapangan akhlaq. Tindakan yang bernilai dan berhak untuk dibicarakan ialah tindakan yang berlangsung dibawah pengaruh pikiran dan keadilan semata – mata dan tidak ada hubungannya dengan segihewani pada manusia.
Penindakan segi hewani pada diri, harus dimulai dengan melaksanakan segi kemanusian. Maka segi hewani itu akan tunduk pada ketinggian segi kemanusiaan. Seseorang menjadi lebih baik, manakala akalnya dapat menundukkan nalurinya.[9]
Untuk menyatakan apakah suatu tindakan itu bersifat hewani atau manusiawi, perlu memiliki spekulasi disamping kemauan. Dengan memperhatikan sifat kemauan dan spekulasi, Ibnu Bajjah membagi kebijaka menjadi dua yaitu :
1)      Kebijakan formal
Merupakan pembawaan sejak lahir tanpa pengaruh kemauan atau spekulasi, seperti kejujuran seekor anjing, sebab mustahil bagi seekor anjing untuk tidak jujur. Kebajikan itu tidak bernilai pada manusia.
2)      Kebijakan spekulatif
Didasarkan pada kemauan babas dan spekulasi. Tindakan yang dilakukan demi kebenaran dan bukan untuk memenuhi keinginan alamiah yang disebut tindakan ketuhanan, bukan manusiawi, sebab hal ini jarang terdapat pada manusia.
Yang baik menurut Ibnu Bajjah, merupakan eksistensi, dan yang jahat merupakan ketiadaan. Dengan kata lain yang jahat baginya benar – benar tidak jahat.[10]
3.      Etika menurut Immanuel Kant
Kant dalam ajarnnya etikanya tidak berpangkal pada laku. Perbuatan atau hasilnya, namun pada kemauan. Apabila kita melakukan sesuatu, satu – satunya yang baik adalah kemauan yang baik. Jadi ia menilai kebaikan itu tidak pada laku perbuatan atau hasilnya, tetapi pada kemauan.[11]
Jadi kemauan baik (good will) yang dimaksud Kant adalah :
1)      Kemauan baik itu, hendaknya dilandasi oleh kebijakan dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup.
2)      Kemauan baik itu, merupakan satu kesatuan yang baik, meskipun ia berdiri sendiri. Kosekuensi dari suatu perbuatan yang baik adalah hasilnya juga menuju kepada hasil yang baik.[12]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar